Minggu, 02 September 2012

a book a journey

Sebenernya draft postingan ini dibuat sudah cukup lama. Tapi belum beres. Tulisan ini ikut2an blogger lain yg mengulas hal yang sama, diantaranya blog Matriphe dan blog Arya. Tapi waktu itu buanyak yg ikut menulis soal serupa, jadi saya tunda dulu saja. #Alesan


Saya termasuk orang yg ringkes kalau jalan-jalan. Paling males bawa banyak tentengan. Kalau bisa semuanya masuk kedalam ransel. Tak lupa baterai ponsel di charge penuh, dan earphone pantang ketinggalan supaya nggak mati gaya di jalan. Satu hal lagi yg nggak boleh kelupaan adalah buku. Semua itu penunjang perjalanan. Musik yg bagus bisa memperkuat feel perjalanan, begitupun buku. Tapi nggak semua buku cocok dibawa bepergian dan menamani jalan-jalan. Menurut saya pribadi, buku yg cocok dibawa jalan-jalan itu yg simple. Simple bentuk bukunya, simple isinya, simple harganya.
Simple bukunya. Nggak tebel halamannya, jadi nggak ribet bawanya. Jangan sampe buku yg dibawa itu berat untuk ditenteng. Bukannya menghibur, malah ngerepotin.
Simple isinya. Bukan yg berat bikin mikir atau membutuhkan konsentrasi tinggi. Yang lucu menghibur lebih seru. Eh, tapi ini relatif sih. Menurut saya cerita kriminal itu cukup berat sedangkan menurut orang lain belum tentu. :D
Simple harganya. Karena dibawa jalan-jalan ya, jadi menurut saya buku yg dibawa bukanlah buku yg berharga mahal dan collectable. Bukan berati buku jelek atau murah. Tapi buku yg kalau toh ilang nggak bakal ditangisin. Lagi-lagi ini relatif. Menurut saya mahal, siapa tahu menurut yg lain murah. :D



Beberapa buku yg pernah saya bawa waktu perjalanan:

1. Thuesday With Morie - Mitch Albom
Saya suka buku ini. Makna yang dalam, dengan pengungkapan yg tenang dan mengalir. Buku ini saya baca di bus, di perjalanan menuju Solo. Saat saya pulang untuk menghadiri pernikahan sahabat semasa kuliah saya. Karena buku ini selesai dibaca saat berangkat pergi, maka buku ini pun saya hibahkan kepada kakak saya. Lalu membeli majalah untuk dibaca di perjalanan pulang.

2. Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2- Ajahn Brahm
Buku ke 1 si cacing tulisan Ajahn Brahm sudah memikat hati saya. Jadi bisa dipastikan saya bakal suka buku seri kedua nya. Berisi potongan-potongan cerita yg sarat makna dan beberapa disampaikan dengan lucu membuat buku ini ringan dan cocok buat perjalanan. Walau memang halamannya cukup tebal dan tidak cocok dibawa-bawa. Maka dari itu saya tinggalkan buku itu di rumah. Toh ayah suka bukunya, jadi saya berikan saja. :D Oiya, buku ini saya baca di perjalanan saya ke rumah saat cuti mencari ketenangan diri, sebulan sebelum resign. #PentingAmatDiceritain :p

3. Oeroeg - Hella S. Hasse
Buku ini terbilang klasik. Banyak versinya. Jujur buku ini saya beli sehari sebelum perjalanan saya ke Padang-Bengkulu di saat masa nganggur transisi kantor lama ke kantor baru. Buku ini saya dapat dengan harga diskon jadi 10ribu perak saja. Walaupun buku ini murah dan tipis tapi ceritanya bagus. Halamannya sedikit tapi padat isi. Ceritanya bagus dan dalam. Karena itulah, buku ini tidak selesai dibaca waktu perjalanan dan bahkan saya baca ulang dari awal pas sampai rumah. :D

4. Courrier Sud - Antoine de Saint-Uxupery
Buku ini juga buku klasik, tapi diterbitkan ulang. Penulisnya terkenal, kalau kalian tahu bukunya yg berjudul Le Petit Prince. Buku ini menemani perjalanan saya ke Karimunjawa bulan Mei lalu. Ceritanya tidak ringan ternyata, dan penerjemah menggunakan bahasa yg cukup 'rumit'. Buku ini terkena cipratan air waktu naik kapal terakhir membuat beberapa halanan kena luntur. Hal-hal kecil macam inilah yg saya maksud dengan 'bawa buku yg simple harganya' yg nggak akan disesali kalau toh si buku kenapa-kenapa. :p

5. Si Murai dan Orang Gila
Buku kumpulan cerita pendek ini menghibur. Beda cerita beda penuturan. Ceritanya banyak yg kasar dan vulgar dengan penuturan khas komunitas sastra. Buku ini saya bawa di perjalanan ke Cilember dan beberpa perjalanan dalam kota.

Saya menemukan beberapa fungsi lain buku di perjalanan. Selain sebagai hiburan, buku berfungsi untuk membawa tiket dan boarding pass waktu di bandara. Kalau naik pesawat. Kalau di kereta, bisa buat alat nutup muka kalau mau tidur. Saya juga suka baca buku dengan posisi buku nutupin muka kalau memang lagi pengen sendirian dan ignorant sama sekitar. Kalau di bus, buku berfungsi sebagai alat nutupin muka kalau pas kena sinar matahari. Bisa buat kipas-kipas kalau busnya nggak AC. :p

Nah, kalau kalian suka baca buku apa di perjalanan?

4 komentar:

  1. seringkali kalo di perjalanan yang memungkinkan ada meja/alas untuk buku, saya bukannya bawa buku untuk dibaca, melainkan bawa buku tulis kosong. karena, perjalanan tentunya akan lebih asik untuk dibukukan, ketimbang membaca buku sepanjang perjalanan.

    still anyway, itu saya sih.. entah kalo orang lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku nggak baca buku sepanjang perjalanan sih. Kalau pemandangan bagus, aku liat pemandangan. Makanya aku suka perjalanan darat dan duduk di pinggir jendela. Buku tulis kosong ya.. Umm, kalau aku sih sketch book nggak pernah ketinggalan. :D

      Hapus
  2. Kalo aku lebih suka bengong kak di perjalanan...

    BalasHapus

Katanya sih...